"Silakan menonton film saya, 22 Agustus nanti tayang serentak di Indonesia. Semua terjawab di situ," kata Livi Zheng, enam hari sebelum filmnya tayang.

Siapa sangka jika ternyata sosok Livi Zheng yang sempat diberikan empat jempol karena berhasil membawa harum nama bangsa ini hanyalah omong kosong. Livi hanyalah seorang anak singkong atau anak tajir yang suka berhalusinasi mengalahkan jajaran film Hollywood di Oscar. Tetapi, apakah pantas kita menelanjangi keintelektualannya di muka umum, di hadapan jutaan orang Indonesia?

Memiliki nama asli Livia Notoharjono (silahkan cek akun facebook sang adik, Ken Wiratheda Zheng), wanita berwajah oriental ini mendadak jadi perbincangan usai klaim filmnya yang masuk festival bergengsi internasional. Jelas sih bikin gondok sutradara lainnya ini mah, hehehe.

1 September 2019 lalu, Metro TV pun membuat sebuah program Q n A dimana sutradara kelahiran Blitar ini dipertemukan Situs Poker Online dan duduk bersama sejumlah pelaku industri perfilman Indonesia. Seperti Joko Anwar, Andi Bachtiar Yusuf, John de Rantau serta kritikus film Adrian Jonathan Pasaribu, tambah lagi aktris Nadine Alexandra dan juga penulis Maman Suherman.

Acara bertajuk Q&A: Belaga Hollywood ini mengupas tuntas soal klaim Livi Zheng terkait karyanya yang diklaim masuk ke festival bergengsi internasional. Ada dua title film miliknya yang diklaim lolos seleksi nominasi Oscar yaitu Brush with Danger dan Bali : Beats of Paradise yang diketahui secara umum telah memperkenalkan gamelan Bali kepada negeri Paman Sam.

Klaim sutradara yang dicap halu (suka berhalusinasi) oleh netizen gak berhenti sampai disitu saja. Livi bahkan mengakui jika dirinya adalah seorang sutradara kelas Hollywood dengan film-film racikannya. Awal acara talkshow pun diawali dengan pertanyaan soal verifikasi latar belakang dan karyanya. Dan jawabannya, lagi-lagi bikin greget. Livi pun menjawab bahwa dirinya bisadikatakan demikian dengan beberapa alasan yang menjadi argumentasinya. "Bisa dibilang begitu deh," jawab Livi dengan sangat enteng sembari tersenyum.

"Karena film saya udah tayang di Amerika, sudah masuk seleksi nominasi Oscar, dan saya pendidikannya juga di USC, salah satu sekolah film terbaik," tegas Livi Zheng.

Bahkan dalam keterangan terkait pendidikan S2-nya di USC atau University of Southern California, Amerika, Livi juga mengaku kalau gak sembarangan orang bisa menempuh pendidikan di situ, karena tidak gampang menurutnya.

"Di antara lulusannya George Lucas, sutradara Star Wars lalu Brian Grazer produser A Beautiful Mind, Robert Zemeckis yang bikin Forest Gump. Aku S2 nya di situ," tutur Livi Zheng.

Kontroversi Livi Zheng

Kamu pasti akhir-akhir ini kerap mendengar nama Livi Zheng. Apalagi sejak dirinya merilis film terbarunya berjudul Bali : Beats Of Paradise. Hanya saja, setelah merilis filmnya, sosok Livi yang disorot justru sisi kontroversinya saja. Bahkan dirinya jadi bahan serangan sutradara lainnya saat dipertemukan di sebuah acara beberapa waktu lalu.

Semuanya berasal dari aksi klaim oleh Livi Zheng. Oscar seakan jadi senjata makan tuan bagi sutradara muda ini. Pencapaian yang dirinya sebutkan, dianggap hanya angin lalu. Bahkan ada yang beranggapan kalau Livi hanya terkenal dengan kontroversi dirinya saja bukan lewat karyanya. Salah satu sutradara yang ngotot terhadap klaim Livi Zheng soal Oscar adalah Joko Anwar. Sutradara Gundala yang pernah sukses membawa film Pengabdi Setan Remake ini beranggapan kalau klaim tersebut hanya soal lolos syarat administrasi aja bukan seleksi nominasi Oscar dan bukan kualitas.

Salah satu syarat utama untuk masuk pertimbangan Oscar adalah tayang di bioskop dalam jangka waktu tertentu. Jika demikian, film apa pun bisa ikut dan itu belum disebut sebagai pencapaian luar biasa.

"Yang saya itu masuk kategori Best Picture, kategori paling bergengsi di Oscar. Maka buat saya, dari ribuan film, film saya diundang dan bisa masuk ke 300 itu adalah sebuah kebanggaan," kata Livi Zheng.Debat keduanya masih berlanjut. Joko Anwar kembali menegaskan, bahwa saat film Brush with Danger masuk seleksi nominasi Oscar, di tahun yang sama, 2014, banyak juga film kelas B yang ikut di dalamnya.